Oleh: Hanna Suryadika
Lembar hitam dalam diriku perlahan mengelupas. Tersingkir karena cerahnya musim panas yang kembali menyegarkan jiwaku. Dulu mungkin aku tak berpunya nyawa, tapi kini aku bertekad kembali merebut jiwaku yang telah lama kutanggalkan.
Arogansi jiwa mudaku, pernah meninggalkan semua hartaku, menyerahkannnya pada pangkuan sang masa. Kini kutahbiskan diriku sendiri sebagai jiwa baru, hendak berlari mengejar asa meraih mimpi. Aku seakan terlahir kembali, tapi tak dari rahim ibuku.
"Rania mau pergi. Menjelajah setiap sudut kota kemana hatiku memanggil" demikian ujarku pada Ibu saat mengucapkan niatku pertama kali. Ibu, barangkali dia hendak melihatku berubah lebih baik, atau malah sudah bingung akan jalan pikiranku, mempersilahkan apapun langkah yang kupilih dalam hidup.
Lembar hitam dalam diriku perlahan mengelupas. Tersingkir karena cerahnya musim panas yang kembali menyegarkan jiwaku. Dulu mungkin aku tak berpunya nyawa, tapi kini aku bertekad kembali merebut jiwaku yang telah lama kutanggalkan.
Arogansi jiwa mudaku, pernah meninggalkan semua hartaku, menyerahkannnya pada pangkuan sang masa. Kini kutahbiskan diriku sendiri sebagai jiwa baru, hendak berlari mengejar asa meraih mimpi. Aku seakan terlahir kembali, tapi tak dari rahim ibuku.
"Rania mau pergi. Menjelajah setiap sudut kota kemana hatiku memanggil" demikian ujarku pada Ibu saat mengucapkan niatku pertama kali. Ibu, barangkali dia hendak melihatku berubah lebih baik, atau malah sudah bingung akan jalan pikiranku, mempersilahkan apapun langkah yang kupilih dalam hidup.